Mbah Dukun
Di tengah hutan hujan tropis yang rimbun, di mana cahaya matahari hanya muncul sesekali menembus kanopi pepohonan yang hijau lebat, terdapat sebuah panggung kayu besar yang dihiasi dengan ukiran rumit. Di atas panggung tersebut, berdirilah seorang lelaki tua berjanggut putih panjang yang mengenakan jubah adat Indonesia. Jubah yang ia kenakan terbuat dari kain yang halus, penuh dengan corak dan warna yang mencerminkan kekayaan budaya bangsa. Di tangannya, ia memegang keranjang anyaman yang telah dipenuhi dengan berbagai buah dan daun, sebuah simbol dari hubungan yang harmonis antara manusia dan alam.
Cahaya hangat dari lilin yang menyala di belakangnya memberikan penerangan lembut pada wajahnya. Cahaya tersebut menciptakan efek dramatis, menyoroti garis-garis kerutan yang mencerminkan perjalanan panjang hidupnya; setiap kerutan adalah sebuah kisah, sebuah pelajaran yang telah dipelajari selama bertahun-tahun. Ekspresi wajahnya sangat tenang, penuh perhatian, seolah-olah ia sedang merenungkan bukan hanya isi keranjang di tangannya, tetapi juga makna dari semua yang ada di sekitarnya. Dengan tatapan yang mendalam, lelaki tua ini menjadikan setiap buah dan daun yang ada di keranjangnya sebagai objek refleksi spiritual.
Di sekelilingnya, suasana sangat tenang dan damai, seolah waktu berhenti untuk menghormati kehadirannya. Pepohonan tinggi memberikan perlindungan dengan cabang-cabangnya yang menjulang tinggi, dan daun-daun hijau berkilau di bawah cahaya lembut. Suara alam, dari desiran angin hingga kicauan burung, menciptakan melodi yang menenangkan. Kabut misterius menggantung di antara pepohonan, menambah nuansa mistis yang menyelimuti momen tersebut. Seolah-olah dunia lain sedang mengintip dari balik tirai alami, menciptakan aura sakral yang sulit untuk diabaikan.
Keranjang anyaman besar yang ia pegang terasa berat, tidak hanya karena berisi buah dan daun, tetapi juga karena penuh dengan simbolisme. Buah-buahan yang ada dalam keranjang itu adalah representasi dari kekayaan alam yang melimpah, hasil dari kerja keras dan perhatian yang diberikan pada lingkungan. Masing-masing item dalam keranjang tersebut memiliki cerita tersendiri, suatu bentuk pengorbanan dan rasa syukur atas apa yang diberikan alam kepada manusia. Dengan setiap hirupan udara segar yang masuk ke paru-parunya, lelaki tua itu menyadari betapa berartinya hidup ini dan betapa pentingnya menjaga hubungan dengan alam.
Di sampingnya, lilin yang menyala, menari lembut mengikuti aliran angin, memancarkan cahaya yang memikat, sementara asap yang mengepul mulai membentuk bentuk yang indah ke arah atap hutan. Asap itu seolah-olah membawa pesan dari dunia yang tidak terlihat, menghubungkan realitas fisik dengan dunia spiritual. Dalam momen keheningan ini, lelaki tua itu menjadi jembatan antara dua dunia — manusia dan alam, yang sering kali dilupakan keberadaannya.
Dengan penuh hormat, ia menatap keranjangnya, seolah-olah ia dapat mendengar bisikan dari setiap daun dan buah. Dalam pikiran dan hatinya, lelaki itu adalah penjaga tradisi, pelindung pengetahuan kuno, dan sumber inspirasi bagi mereka yang mencari kebenaran. Berdiri di tengah hutan yang penuh misteri, ia menjadi simbol harapan dan kebijaksanaan yang terjaga di dnegan keindahan alam yang luar biasa.








Komentar
Posting Komentar